Kamis, 31 Desember 2020

2101012. Kasih Ibu berwajah cacat Yang tetap bekerja, membantu dan melayani usaha anak lelakinya.

*KASIH IBU*

Alkisah seorang Janda (Ibu tanpa suami) memiliki seorang anak lelaki yang berani membela kebenaran. Suatu ketika anak lelaki itu ditangkap polisi karena tanpa sengaja membunuh karena membela diri saat akan ditusuk oleh korbannya, sang preman, karena tidak memberikan uangnya _(yang akan digunakan untuk membeli obat untuk ibunya)_ kepada sang preman.

Sang pemuda dihukum cukup lama _(selama 5 tahun)_ karena sang preman itu ternyata memiliki keluarga yang berpengaruh dalam hukum. Sang pemuda menerima hukuman ini dengan baik. Sang pemuda hanya menyesalkan dirinya, tidak dapat menahan dirinya dan merasa kasihan kepada ibunya yang hidup sendiri. 

Sang pemuda menerima hadiah sebuah baju rajutan hasil karya ibunya setiap awal tahun baru. Sang pemuda berusaha bersikap sabar, menahan diri dan berbuat baik selama masa tahanan sehingga dia dikurangi hukuman dalam setiap acara penting negara. 

Pada tahun yang keempat, sang Pemuda dibebaskan dari tahanannya dan dengan gembira segera sang pemuda pulang ke rumahnya untuk menemui ibunya. Namun sang pemuda terkejut saat sampai di rumahnya ternyata rumahnya tidak terpelihara dan ibunya tidak ada disana.

Sang pemuda mencari informasi ke tetangganya dan mendapat kabar bahwa tempat kerja ibunya mengalami ledakan bahan baku pabrik karena kebakaran di tahun kedua saat dia dipenjara. Sang pemuda merasa sangat sedih apalagi dari tetangganya yang dikenal baik oleh ibunya, dia menerima baju rajutan yang kelima yang rupanya telah dibuatkan ibunya dan dititip ke tetangganya untuk setiap awal tahun dikirimkan ke tempat tahanannya.

Tak lama sang pemuda berada di daerahnya karena rumahnya dijual dan dia mau mencari kerja/ usaha di kota besar. Tiga tahun dia bekerja di bidang makanan, lalu dia memutuskan memulai usaha rumah makan bersama perempuan yang telah menjadi isteri yang dicintainya.

Setiap subuh, sang pemuda pergi ke pasar untuk membeli sayur segar dan keperluan lainnya. Namun suatu hari ada seorang ibu berwajah cacat (karena kebakaran) yang menawarkan diri untuk mensuplai sayur-sayuran segar.

Selama dua tahun, sang ibu berwajah cacat ini rutin menyuplai sayur segar ke rumah makan sang Pemuda yang mulai membesar rumah makannya karena terkenal murah dan enak makanannya.

Suatu ketika di tahun ketiga, sang pemuda merasa resah karena sang ibu berwajah cacat ini, belum datang. Akhirnya dia mengutus anak buahnya untuk membeli sayur segar di pasar. Isteri sang Pemuda melihat sang pemuda merasa kuatir, sehingga dia menyuruh sang pemuda untuk mencari dan mengunjungi rumah sang ibu berwajah cacat itu.

Setelah mencari informasi, sang pemuda sampai ke rumah sang ibu berwajah cacat itu yang berada sedikit di luar kota. Dari luar, sang pemuda melihat rumah itu kecil dengan kebun sayur yang cukup besar dan subur. Saat dekat pintu rumah itu, dia mendengar suara batuk yang cukup parah.

Sang pemuda mengetuk pintu dan ternyata pintu itu tidak terkunci. Sang pemuda masuk kedalam rumah dan melihat sang ibu berwajah cacat itu sedang tidur sambil memeluk sebuah bingkai foto. Dan dia melihat foto itu nampak seorang ibu dan seorang anak yang nampaknya baru lulus sekolah. Sang pemuda merasa sepertinya dia pernah memiliki foto yang sama dengan foto yang dipeluk sang ibu itu.

Alangkah kagetnya sang pemuda ternyata anak muda yang ada di foto itu adalah dirinya. Sang pemuda lalu duduk disisi ranjang sang ibu, menatap wajah cacatnya dan dia merasa ibu ini memiliki bentuk wajah yang mirip dengan ibu kandungnya yang telah wafat.

"Ooo ada tamu, siapa ini ?" Terdengar suara sang ibu yang membuyarkan lamunan sang pemuda. "Anak muda, mohon maaf. Saya sakit sehingga tidak dapat mengantarkan sayur2 segar kepadamu hari ini. Anak muda, kenapa kemari?"

"Ibu yang baik, siapa yang ada di bingkai foto yang ibu peluk saat tidur." Tanya sang Pemuda.

"O... Ini fotoku dan anakku tersayang."

"Ibu... Ibu masih hidup ?" Tangis sang Pemuda sambil memeluk ibunya. "Kenapa wajah ibu ? Ibu, kemana saja? Kenapa Ibu harus bekerja keras, merawat kebun dan menyuplai sayur segar ke rumah makanku?"

Beruntun pertanyaan sang Pemuda kepada ibunya sambil mereka saling berpelukan dan bertangisan.

"Saat kamu ditahan, saya bekerja di pabrik makanan dan karena kecelakaan meledaknya tabung gas membuat wajah dan badan ibu terbakar sangat parah, sehingga hampir meninggal. Setelah sembuh, ibu merasa akan menjadi bebanmu bila kamu keluar dari tahanan, maka ibu menganggap diriku sudah meninggal dan minta tetangga baik kita untuk mengurus kamu baik saat kamu masih dalam tahanan maupun setelah kamu keluar, agar rumah kita bisa dijual dan menjadi bekal usaha kamu." Kata sang ibu dengan lemah dan perlahan sambil memegang dengan lembut, tangan dan wajah anak lelaki yang ternyata sangat baik mengenal dirinya.

"Ibu, sekarang ikut saya ya. Pulang ke rumah kita. Pasti menantu ibu akan menerima ibu karena diapun sangat mengasihi ibu. Saya pergi mencari ibu atas permintaannya. Sekarang makan dulu ya, ini ada hasil masakannya." Kata sang Pemuda dengan semangat membujuk ibunya. Sambil dengan lembut dan penuh kasih, dia memegang tangan dan pundak sang ibu, membantunya duduk dan membantu ibunya makan.

Sang Ibu menatap anaknya dengan air mata berlinang sambil tersenyum, mengangguk kepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar