Senin, 27 Februari 2012

Sempritan di kelas.

 Waktu Untung kelas dua SMP, pada suatu hari, jam pelajaran Bahasa Inggris kosong karena gurunya sakit.

Para siswa diberi tugas untuk mencatat soal-soal. Kelas sangat gaduh dan riuh. Sambil mencatat soal-soal, para siswa pada ramai sendiri. Ada pula yang jalan ke sana kemari bikin ribut.

Seorang teman Untung mempunyai sempritan (peluit) yang dijadikan gantungan kunci sepedanya.


Untung mengambil peluit itu dan membunyikannya. "Priiiittt….! Priiiitt….! Priiiittttt!!"
Kontan semua teman terdiam dan suasana langsung menjadi tenang. Dalam keadaan tenang itu tiba-tiba Pak Jum yang brewok, yang sedang mengajar Matematika di kelas lain, dengan tampangnya yang serem masuk ke dalam kelas Untung.

"Siapa yang membawa sempritan?!"

Semua diam, tak satu pun keluar kata-kata dari mulut para siswa. Suasana senyap.

"Saya tidak bawa, Pak!" kata Untung memecah kesenyapan sambil mengacungkan jarinya.

"Saya tanya siapa yang membawa sempritan?!" tanya sang guru sambil melotot pada Untung.

"Tetapi saya yang membunyikan sempritan, Pak!" sahut Untung jujur.

"Baik kamu maju ke depan!"
Untung pun melangkah maju dengan tenang.

"Siap grak!" Pak Jum memberi aba-aba kepada Untung.
Untung pun mengambil posisi siap dan tegap.

"Tadi yang membunyikan sempritan ini to?" kata Pak Jumadi sambil menjewer bibir Untung dan menariknya keluar kelas. Untung pun hanya mengikuti tarikan itu, daripada melawan, mulutnya menjadi lebih panjang dan lebih sakit karena dijewer!


Maksud baik kadang bisa menimbulkan salah pengertian bagi orang lain.

Maka, maksud baik harus didukung pula dengan perwujudan yang baik, supaya maksud baik itu tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

(Hidup Itu Lucu dan Indah)

[Yolanda Li / Banjarmasin]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar