Minggu, 26 Februari 2012

ORANG YANG MENGAJARKAN SAYA RASA BERSYUKUR


 
Ada seorang pemuda yang mengajarkan saya rasa bersyukur. Dia adalah seorang pemuda desa yang ke kota mencari nafkah hidup, dia adalah seorang membantu kami memasang jerajak besi di jendela rumah kami. Sepanjang hari ini dia sibuk bekerja, tidak mengucapkan sepatah katapun. Melihat orangnya sangat jujur, oleh sebab itu saya mengundang dia makan malam bersama kami. Dia sangat sopan, tidak berani mengambil lauk pauk, ibu mertua saya dengan hangat meladeninya seperti meladeni seorang kerabat yang datang dari luar kota.

Setelah selesai makan malam ayah mertua saya menawari dia sebatang rokok dan mengajaknya mengobrol, rupanya dia adalah seorang bekas mahasiswa tetapi karena adiknya memerlukan biaya untuk masuk SMA dirumahnya terlalu miskin untuk membiayai mereka berdua, lalu dia mengorbankan diri melepaskan kuliahnya membiarkan adiknya melanjutkan sekolahnya, akhirnya dia datang ke kota bekerja dan sekarang dia sudah beristri dan mempunyai anak yang ditinggalkan dikampungnya.

Mendengar ceritanya, ibu mertua saya sangat simpati kepadanya membongkar dan mencari pakaian bekas kami yang masih baru serta deterjen, sabun mandi, odol dan kebutuhan sehari-hari dimasukkan kedalam kantong dan diberikan kepadanya. Dengan wajah merah karena malu dia menolak pemberian ibu mertua saya. Ibu mertua saya mengatakan semua barang ini kami tidak butuh lagi daripada ditaruh saja di rumah lebih bagus dibawa pulang mana tahu bisa terpakai, mungkin bisa membantu kebutuhan istri dan anakmu. Sambil menundukkan kepalanya dia menerima barang tersebut, lalu berjalan pulang tanpa mengucapkan terima kasih.


Waktu berlalu dengan cepat, keluarga kami sudah melupakan kejadian tersebut.

Setengah tahun kemudian, ada orang yang mengetuk pintu rumah kami, saya keluar membuka pintu, seorang pemuda yang seperti petani berdiri didepan pintu rumah, dia menjinjing sebuah karung yang berat, saya tidak mengenalinya. Dia lalu berkata bahwa dia adalah pemuda yang membantu kami memasang jerajak besi dijendela, saya langsung mengundangnya masuk, dengan sopan dia duduk di sofa, dengan perlahan dia berkata sewaktu panen tahun ini dia pulang ke desanya, menceritakan bantuan kami kepada keluarganya, mereka sekeluarga sangat gembira, mereka ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga kami, tetapi tidak tahu dengan cara apa?. Setelah mereka sekeluarga berunding akhirnya memutuskan membawa hasil panen mereka yang masih segar untuk kami nikmati. Didalam karung itu berisi beras, kacang hijau, kacang kedelai, dan jagung.

Setelah menceritakan hal ini dan menyerahkan karung tersebut pemuda ini berlalu, saya sangat terharu dengan hal yang tak terduga ini, saya pernah mendapatkan bantuan yang lebih besar daripada bantuan kami kepadanya, tetapi saya menganggapnya sebuah hal  yang wajar, tidak tahu bersyukur, tetapi pemuda ini memberi saya sebuah pelajaran yang sangat berharga yaitu tahu membalas budi dan rasa syukur.

Mulai saat itu saya berusaha selalu merasa syukur dan berterima kasih kepada pemberian orang walaupun sekecil apapun, dan dibenak saya selalu terbayang dan teringat kepada pemuda desa yang baik ini yang memikul sekarung hasil panen yang berdiri didepan rumah saya

[Widya Wong, Pontianak, Tionghoanews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar