Minggu, 02 Oktober 2011

ORANG TIONGHOA ITU ANGGOTA DEWAN ?

 
"Pak, orang Tionghoa itu anggota Dewan (DPRD) juga ya?" Pertanyaan itu dilontarkan warga Gunung Polisi kepada belasan anggota DPRD Kota Balikpapan saat melakukan anjangsana  lokal   ke proyek  pembangunan di tahun 1998.

"Iya Bu, memangnya kenapa?"  ujar  penulis.

"Boleh ya, orang Tionghoa jadi anggota DPRD? Kan jarang sekali ada orang Tionghoa jadi anggota DPRD," sahut warga Gunung Polisi itu lagi.


"Boleh, boleh saja," sahut  saya meyakinkan, hingga  membuat warga  Gunung Polisi itu manggut-manggut, walau mungkin masih menyimpan perasaan kurang  yakin.

Pertanyaan wanita berusia sekitar 40 tahun itu amat wajar, bahkan acap kali warga  melihat  Suryadi Abidin berpakaian safari sebagai pakaian sipil harian (PSH),  atau pakaian sipil resmi (PSR), maupun  pakaian sipil lengkap (PSL) dengan lencana Manuntung di dada kiri dan papan nama di dada kanan selalu saja melontarkan tanya yang  sama. "Orang Tionghoa itu, anggota Dewan ya?"

Atau misalnya kala anjangsana ke luar daerah, semisal ke Bali, Sulawesi Selatan  atau ke daerah lainnya; Ketua DPRD Balikpapan, Masri Suhadma;  Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Mulyono S BBA atau mungkin juga Jamal Noor ketika memperkenalkan Abi  selalu saja berkata: "Pak Suryadi Abidin ini, adalah warga keturunan Tionghoa satu-satunya yang menjadi anggota Dewan, bahkan mungkin  satu-satunya di Indonesia."

Kala mengucap kata perkenalan, ada perasaan bangga dan haru di dada anggota DPRD Kota Balikpapan,  sebab  di era orde baru (Orba) berkuasa  memang sangat langka ada warga Tionghoa yang bisa menjadi anggota DPRD. Jangankan menjadi politisi menjadi pegawai negeri sipil (PNS) saja amat sulit bagi warga Tionghoa.

Abi yang dari Golkar  memang menyajikan kejutan, atau bahkan bisa dikatakan  sosok "naga" dari negeri  Tionghoa  yang  menjebol  tembok  dan kekuasaan   orba yang terbilang adikuasa, sebagai partai memiliki kekuatan mayoritas tunggal.

Tidak mudah bagi siapapun  menjadi anggota dewan yang terhormat  melalui  Partai Golkar. Dia harus mengantongi  restu  dari tiga kekuatan, yang disebut tiga jalur, yakni  ABG(ABRI, birokrat dan Golkar).  Akan ada pembahasan  dan penilaian sangat ketat ketika nama seseorang disodorkan ke dalam daftar calon anggota dewan di Partai Golkar.  Satu dari tiga jalur  ada yang menolak, maka nama tadi bakal terdepak, atau  paling tidak berada di urutan nomor tidak jadi, yang populer disebut nomor sepatu.

Abi yang berasal dari jalur "G", yang acap disebut jalur "beringin"  bisa melenggang mulus masuk dalam daftar jadi anggota DPRD Kota Balikppapan di antara urutan nomor sepuluh hingga  lima belas, apalagi kala  itu Golkar menargetkan  bakal mendapat paling apes 17 kursi  dari 30 kursi. Saya sendiri pada nomor urut 13. Dan dalam Pemilu 1997 itu Golkar mendapat 15 kursi DPRD Kota Balikpapan.

Andai tiga jalur  di Golkar  sudah menyatakan okey,  masih ada  yang harus  ditembus pula, dan ini  tidak mudah. Seorang calon anggota DPRD harus lulus pemeriksaan di Bakorstanasda  (sebelumnya  bernama  Kokamtibda) di Kodim bagi anggota DPRD Kota/Kabupaten  dan di Kodam untuk anggota DPRD Provinsi dan DPR RI yang berlangsung 5 hingga 6 jam.  Selain menjawab ratusan pertanyaan  tertulis, juga harus menjalani wawancara yang menyita waktu berjam-jam. Dan untuk pemeriksaan ini, juga harus dijalani  calon anggota Dewan dari PPP dan PDI.

Tidak boleh ada  yang punya kaitan dengan partai terlarang, utamanya PKI, baik secara garis lengkung  (bukan langsung dari orangtua atau dari saudara orangtua), apalagi garis lurus (dari orangtua).  Bila terkait, nah habislah sudah nasib calon anggota Dewan itu.  Abi bisa menjalani  rangkaian  pemeriksaan  lulus dengan predikat baik. Jadilah Abi sebagai  satu dari 30 anggota Dewan masa bakti 1997-2002. Walau hanya dijalani dua tahun, yakni sampai tahun 1999 setelah reformasi  bergejolak di negeri ini. 

Nama Abi memang sangat popular di  masyarakat. "Pak,  mana orang Tionghoa yang sering  ke sini. Aku senang liat dia makan kepiting, cumi-cumi dan udang," ujar seorang warga Selili Manggar kepada  penulis ketika sama-sama dengan Abi di KNPI maupun di Dewan saat berkunjung ke sana.

Nama Abi memang sangat melenggenda di kalangan warga Manggar. Selain  sering memberi bantuan nener dan benur kepada  kelompok tani  tambak binaan KNPI;  kala mengusung  Golkar, dia juga memberikan sejumlah bantuan, seperti beduk  kepada  masjid di sana.  Atau juga di kalangan petani tambak di Kariangau.  Begitu juga  di  Teritip.

Abi memang sangat sederhana dan bersahaja, kontras dengan penampilannya yang parlente. Dia bersedia duduk lesehan di rumah panggung  milik orang Bugis  di Manggar  bersama dengan Gubernur HM Ardans SH, Wali Kota Balikpapan H Syarifuddin Yoes, Muspida,  pengurus KNPI, dan berbaur asyik dengan warga Manggar  ketika meninjau tambak binaan KNPI. Dan dengan tangannya  dia menyantap  udang, kepiting, cumi-cumi, bandeng, serta ikan lainnya  dengan lauk seadanya.

YANG PERTAMA

Suryadi Abidin  mungkin saja, adalah warga Tionghoa pertama  yang menjadi anggota dewan di Indonesia. Tapi yang pasti dia  adalah warga Tionghoa  yang pertama menjadi anggota DPRD Kota Balikpapan.  Dia menjadi inspirator bagi organisasi politik untuk menempatkan warga Tionghoa para elit politik.

Kehadirannya  di komisi  D (membidangi pembangunan) klop  dengan keahliannya sebagai pengusaha. Kendati  dia  seorang pengusaha yang politisi, Abi tidak pernah memanfaatkan jabatannya  untuk kepentingan bisnisnya, apalagi mencari proyek di Pemkot Balikpapan.  Dia tetap menekuni bisnisnya di kalangan perminyakan dan lainnya.

Kehadiran Abi di  partai berlambang  beringin Kota Balikpapan memang diawali sepak terjangnya  di KNPI, organisasi  pengusaha dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lantas dia dilirik elit Golkar.  Yang terus-menerus  memanas-manasi Abi agar berkiprah ke Golkar, adalah  sahabatnya Hasan BA, sekretaris KNPI. Rupanya masuk pula dalam pembicaraan  politisi Golkar   lantas disambut Mukmin Faisyal HP, tokoh Golkar, yang  akhirnya menjadi sahabat kental Abi.

"Bi (begitu Abi disapa akrab sahabat-sahabatnya. Karena dia warga Tionghoa, maka mendapat huruf awal A, hingga menjadi Abi.  Ya,  seperti  juga  Aliong, Ahong, Acay atau Ambai dan lainnya) aku masukkan kamu ke Golkar ya, jadi kader Golkar," bujuk Hasan,  yang aktivis Golkar.  Dari sanalah Abi berangkat dan kemudian menjadi kader Golkar, bahkan melambungkan dirinya menjadi anggota Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPRD Kota Balikpapan.

Walau begitu , Abi bukanlah  warga Tionghoa pertama yang berada di jajaran Partai Golkar, masih ada Gunawan Wibowo BE yang juga dialiri darah Tionghoa.  Namun Abi tetaplah Abi yang loyal dan royal pada organisasi, seperti juga Gunawan Wibowo. 

Begitu juga di kalangan dunia usaha. Abi bukanlah  pengusaha  pertama yang berada di jajaran Kamar Dagang   dan Industri (Kadin) Kota Balikpapan, karena masih ada Gunawan Wibowo BE, namun dia tetap saja menjadi warga Tionghoa yang aktivis  di Kadin dan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Balikpapan, terutama kala Zulbachry menjadi Ketua HIPMI dan belakangan Ketua Kadin. Lantas di dunia usaha  dan organisasi olahraga  bertebaran  sejumlah wajah Tionghoa, semisal  H Aspiah, Johnny Santoso,  Roy Nirwan, Susan Surbakti, dan banyak lagi.

Tapi di kalangan generasi muda, Abi adalah orang Tionghoa pertama  yang bergelut di  DPD KNPI Kota Balikpapan.  Dia menjadi inspirator warga Tionghoa lainnya berkiprah di ormas kepemudaan. Muncullah nama Johny NG, Akin Sudharta di Pemuda Pancasila. Disusul nama-nama lainnya.

Suryadi Abidin, sang inspirator itu  belakangan bertolak ke negeri leluhurnya untuk menjalani pengobatan di  Beijing.  Saya amat terkenjut  ketika mendapat SMS dari beberapa kawan mantan pengurus KNPI, bahwa  Suryadi Abidin meninggal dunia di Beijing  pada 2 September 2011, pukul  23.15. Di pikiran  saya mengalir  ungkapan,  kader terbaik itu telah pergi meninggalkan kenangan manis. Selamat  jalan sahabat. Tetaplah menjadi yang terbaik.
[Sofian Wang, Balikpapan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar