Kamis, 10 Oktober 2019

Tengkorak yang bisa berbicara.

KISAH:

  Ada seorang pengembara yang suka banyak bicara. Suatu hari ia menempuh perjalanan melewati hutan belantara. Ketika sampai di tengah hutan, tiba-tiba terdengar suara orang berbicara. Pengembara itu merasa takut tetapi juga penasaran. Dengan hati-hati ia mencari asal suara tadi. 

Ternyata suara tadi berasal dari tengkorak manusia yang ada di bawah pohon besar. Ia pun memberanikan diri mendekat dan bertanya, "Hai tengkorak. Bagaimana kamu bisa sampai di hutan belantara ini?" 

Tengkorak itu pun menjawab, "Hai pengembara, yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara." Pengembara pun kemudian mengajak tengkorak itu untuk berbicara. 

  Saat keluar dari hutan, dengan penuh semangat, ia bercerita tentang tengkorak yang bisa berbicara kepada setiap orang yang dijumpainya. Tentu saja tidak ada orang  yang memercayainya. Namun pengembara itu terus saja bercerita. Sampai akhirnya cerita tengkorak yang bisa bicara itu terdengar sampai di istana raja. 

Raja pun mengajak si pengembara itu untuk membuktikan ceritanya dengan bersama-sama pergi ke hutan menemui tengkorak tersebut. Setibanya di hutan, sang pengembara mengajak tengkorak itu berbicara. Akan tetapi tengkorak itu hanya terdiam saja. Merasa telah dibohongi, sang raja menjadi marah dan memerintahkan agar si pengembara di hukum mati dengan cara dipenggal kepalanya. Lalu jenazah pengembara ditinggalkan di hutan dan kepalanya diletakkan di samping tengkorak tadi. 

Begitu raja dan pengawalnya pergi, tiba-tiba si tengkorak bersuara, "Hai pengembara, bagaimana kamu bisa sampai di hutan ini?" 

Kepala si pengembara pun menjawab, "Yang membawa aku ke sini adalah mulut yang banyak bicara."
  Seringkali pertengkaran, kesalahpahaman, dan permusuhan besar muncul gara-gara omongan yang tidak pada tempatnya. Mereka yang suka banyak bicara, seringkali kurang waspada sehingga perkataannya mudah menyinggung, merendahkan atau melecehkan orang lain. 

Alangkah baiknya apabila kita setiap saat bisa mengendalikan diri dan tahu kapan saatnya harus berbicara. Terkadang diam adalah sikap yang paling bijak. Oleh karena itu sangat pentinglah bagi kita untuk setiap hari bersekutu dengan Tuhan dan meminta Tuhan untuk memberikan kita hikmat dalam berkata-kata.

 Tuhan memberkati.

 (Dod).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar