Senin, 12 Februari 2018

Kisah Seorang Anak yang membalas perjataan ayahnya. SEMBUH DARI KANKER PAYUDARA.

Kisah Seorang Anak yang membalas perjataan ayahnya.

SEMBUH DARI KANKER PAYUDARA.

#


 Renungan :
Selasa tgl.13 Pebruari 2018
๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ
*:: Kisah Seorang Anak yang membalas perjataan ayahnya::*


Menabur Angin... Menuai Badai.

Seorang anak, menelepon ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya dan tinggal terpisah rumah dengan dirinya, adiknya serta ibunya. Pagi itu, ibunya sakit dan tidak bisa mengantar anaknya ke sekolah seperti biasanya. Jarak sekolahnya 1 km dari rumahnya, dan si anak ini bertubuh lemah.

Pagi itu jam 6:00 si anak menelepon ayahnya:

Anak: "Ayah, antarkan aku sekolah.."

Ayah: "Ibumu kemana?"

Anak: "Ibu sakit ayah, tidak bisa mengantarkan aku ke sekolah, Kali ini ayah ya, yang antarkan aku ke sekolah."

Ayah: "Ayah tidak bisa, ayah nanti terlambat ke kantor. Kamu naik angkot saja atau ojek!"

Anak: "Ayah, uang ibu hanya tingal Rp. 10rb. Ibu sakit, kami pun belum makan pagi, tak ada apa-apa di rumah. Kalau aku pakai untuk ongkos, kasian ibu sakit belum makan, juga adik-adik nanti makan apa ayah?

Ayah: "Ya sudah, kamu jalan kaki saja ke sekolah, ayah juga dulu ke sekolah jalan kaki.
Kamu anak laki-laki harus kuat."

Anak: "Ya sudah, terimakasih ayah."

Si anak mengakhiri teleponnya dengan ayahnya. Dihapusnya air mata di sudut matanya. Lalu ia berbalik masuk kamar, ketika ibunya menatap wajahnya, dia tersenyum.

Ibu: "Apa kata ayahmu nak?"

Anak: "Kata ayah iya ibu. Ayah kali ini yang akan antar aku ke sekolah."

Ibu: "Baguslah Nak, sekolahmu jauh. Kamu akan kelelahan kalau harus berjalan kaki.
Doakan ibu lekas sembuh ya, biar besok ibu bisa antar kau ke sekolah.

Anak: "Iya ibu, ibu tenang saja, ada ayah yang antar. Ayah bilang aku tunggu di depan gang supaya cepat, Bu.

Ibu: "Berangkatlah nak, belajar yang rajin dan semangat."

Anak: "Iya ibu…"


Tahun berganti tahun, kenangan itu tertanam kuat dalam ingatan si anak.
Dia sekolah sampai pasca sarjana dengan beasiswa. Setelah lulus, dia bekerja di perusahaan asing dengan gaji yang besar. Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik-adiknya sampai sarjana.

Satu hari, saat di kantor… ayahnya menelepon dirinya.

Anak: "Ada apa ayah?"

Ayah: "Nak, ayah sakit, tidak ada yang membantu mengantarkan ayah ke rumah sakit."

Anak: "Memang istri ayah ke mana?"

Ayah: "Sudah pergi nak sejak ayah sakit sakitan."

Anak: "Ayah, aku sedang kerja. Ayah ke rumah sakit naik taxi saja."

Ayah: "Kenapa kamu begitu? Siapa yang akan urus pendaftran di RS dan lain-lain? Apakah supir taxi? Kamu anak ayah, masakan orangtua sakit, kamu tidak mau bantu mengurus?"

Anak: "Ayah, bukankah ayah yang mengajarkan aku mengurus diri sendiri? Bukankah ayah yang mengajarkan aku bahwa pekerjaan lebih penting daripada istri sakit dan anak?"

"Ayah, aku masih ingat, satu pagi aku menelpon ayah minta antarkan ke sekolahku. Waktu itu ibu sakit, ibu yang selalu antarkan kami anak-anaknya, yang mengurus kami seorang diri. Namun ayah katakan aku pergi jalan kaki, tubuhku lemah, sekolahku jauh, namun ayah katakan anak laki laki harus kuat. Dan ayah katakan ayah pun dulu berjalan kaki ke sekolah. Maka aku belajar bhwa karena ayah lakukan demikian, maka aku pun harus lakukan hal yang sama. Saat aku sakit pun hanya ibu yang ada mengurusku, saat aku membutuhkan ayah, aku ingat kata kata ayah, anak laki laki harus kuat."

"Ayah tau? Hari itu pertama kali aku berbohong kepada ibu, aku katakan ayah yang akan antarkan aku ke sekolah, dan meminta aku menunggu di depan gang.
Tapi ayah tau? Aku jalan kaki seperti yang ayah suruh. Di tengah jalan, ibu menyusul dengan sepeda. Ibu bisa tau aku berbohong, dengan tubuh sakitnya ibu mengayuh sepeda mengantarkan aku ke sekolah."

"Ayah mengajarkan aku pekerjaan adalah yang utama, ayah mengajarkan aku kalau ayah saja bisa, maka walau tubuhku lemah aku harus bisa. Kalau ayah bisa ajarkan itu, maka ayah pun harus bisa."


Si ayah terdiam. Sepi di seberang telepon.
Baru disadarinya betapa dalam luka yang ditorehkannya di hati anaknya.

Anak adalah didikan orangtua.
Bagaimana kita bersikap, memperlakukan mereka, kita sama saja sedang mengajarkan mereka bagaimana memperlakukan kita kelak, ketika kita tua dan renta.

Si anak dosa?
Mungkin....
Si anak durhaka?
Barangkali....

Yang jelas ayahnya yang membuat anaknya menjadi demikian.
Sesungguhnya hal2 sederhana seperti MELUANGKAN WAKTU bila anak membutuhkan perhatian dan bantuan kita, itu yang akan selalu mereka ingat.

Menjadi orangtua bukan karena menanamkan benih atau karena melahirkan.

Menjadi orangtua berarti mengasuh, mendidik, menyayangi, memberi waktu, perhatian, mengayomi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang.

Menjadi orangtua, tidak ada kata pensiun.
Finishnya hanya saat kematian tiba untuk memisahkan.

 Semoga bermanfaat.

_*MARI JADILAH ORANG TUA YG MEMBERI WARISAN KARAKTER YG BAIK..*_
Semoga kita semua berbahagia..๐Ÿ™๐Ÿ˜‰

( Renungan ini ulangan, smoga nermanfaat diingatkan kembali ! )
๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ๐ŸŒพ
*_Together we are stronger, we are one, we are family, tetap bersemangat dalam melakukan hal yg baik ... keep on growing and never give up , 1 2 3 ... Yes ... ๐Ÿค๐Ÿ™*

#


KISAH NYATA


SEMBUH DARI KANKER PAYUDARA.

Saya adalah seorang biarawati dari tarekat CB yang berkarya di Kupang NTT, nama saya Suster Marietha, CB (umur 37 tahun).

Tiga tahun yang lalu saya divonis oleh dokter di RS Panti Rapih Jogja bahwa
saya menderita Kanker Payudara stadium1B. 

Selama1 tahun lebih saya berusaha minum obat2an tradisionil dan teh hijau, tapi setelah1 tahun saya check kembali ke dokter di Panti Rapih, stadium bertambah menjadi 2B, kemudian oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm (God's Servant) di Cikanyere, Puncak, Jawa Barat untuk didoakan.

Pada waktu tangan Romo Yohanes menumpangkan tangan di atas kepala saya, dia berkata: "Suster pasti meyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang di hati suster."

Mendengar itu saya menangis ter-sedu2 dan saya katakan kepada romo: "Benar romo, saya memang membenci ayah saya sejak saya di SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, 2 kakak saya dan saya. Kami diusir dari rumah kami, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah ber-tahun2 kami tempati itu. Sejak saat itu ibu saya sakit2an dan akhirnya meninggalkan kami selama2-nya. Dan sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah."

Setelah mendengarkan cerita saya, Romo Yohanes berkata: "Ya, itulah BIANG dari penyakit suster, selama suster tidak mau mengampuni ayah, obat apa pun tidak akan menyembuhkan suster. Dan mengampuni bukan hanya dengan kata2 tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."

Setelah itu saya. minta ijin cuti selama 6 bulan pada suster provincial CB untuk menengok dan merawat ayah, karena saya dengar dari saudara ayah kalau ayah terkena stroke. Selama 6 bulan itu saya merawat ayah dengan cintakasih yang tulus. Selama bersama ayah saya tidak minum obat apa pun.

Setelah selesai masa cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih di Jogja untuk checkup, dokter yang merawat saya sangat heran dan bertanya: "Suster minum obat apa selama ini?" 


Saya jawab kalau tidak minum apa2, dan saya balik bertanya ada apa dokter?

Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan, baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE. Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN.

Dokter heran dan bertanya,"apa maksud suster?"


Saya ceritakan semuanya, kemudian dokter berkata, "Wah, kalau begitu kepada pasien2 saya yang menderita kanker, saya akan bertanya apakah anda punya perasaan dendam atau benci terhadap seseorang. Kalau jawabannya ya, saya akan suruh berdamai dan memberikan pengampunan seperti suster."  

Sambil ter-tawa2 si dokter menepuk pundak saya.

Demikianlah pengalaman yang saya alami bisa dibagikan kepada saudara2 semua, bahwa PENGAMPUNAN itu sangat besar faedahnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita.

(Sr. Marietha, CB)

1 komentar:

  1. http://lihatbola.live/ >>> situs LIVE STREAMING bola online HD , TV streaming , dan lain lain tanpa lemot dan tanpa jedah

    BalasHapus