"Pak, orang Tionghoa itu anggota Dewan (DPRD) juga ya?" Pertanyaan itu dilontarkan warga Gunung Polisi kepada belasan anggota DPRD Kota Balikpapan saat melakukan anjangsana lokal ke proyek pembangunan di tahun 1998.
"Iya Bu, memangnya kenapa?" ujar penulis.
"Boleh ya, orang Tionghoa jadi anggota DPRD? Kan jarang sekali ada orang Tionghoa jadi anggota DPRD," sahut warga Gunung Polisi itu lagi.
"Boleh, boleh saja," sahut saya meyakinkan, hingga membuat warga Gunung Polisi itu manggut-manggut, walau mungkin masih menyimpan perasaan kurang yakin.
Pertanyaan wanita berusia sekitar 40 tahun itu amat wajar, bahkan acap kali warga melihat Suryadi Abidin berpakaian safari sebagai pakaian sipil harian (PSH), atau pakaian sipil resmi (PSR), maupun pakaian sipil lengkap (PSL) dengan lencana Manuntung di dada kiri dan papan nama di dada kanan selalu saja melontarkan tanya yang sama. "Orang Tionghoa itu, anggota Dewan ya?"
Atau misalnya kala anjangsana ke luar daerah, semisal ke Bali, Sulawesi Selatan atau ke daerah lainnya; Ketua DPRD Balikpapan, Masri Suhadma; Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Mulyono S BBA atau mungkin juga Jamal Noor ketika memperkenalkan Abi selalu saja berkata: "Pak Suryadi Abidin ini, adalah warga keturunan Tionghoa satu-satunya yang menjadi anggota Dewan, bahkan mungkin satu-satunya di Indonesia."
Kala mengucap kata perkenalan, ada perasaan bangga dan haru di dada anggota DPRD Kota Balikpapan, sebab di era orde baru (Orba) berkuasa memang sangat langka ada warga Tionghoa yang bisa menjadi anggota DPRD. Jangankan menjadi politisi menjadi pegawai negeri sipil (PNS) saja amat sulit bagi warga Tionghoa.
Abi yang dari Golkar memang menyajikan kejutan, atau bahkan bisa dikatakan sosok "naga" dari negeri Tionghoa yang menjebol tembok dan kekuasaan orba yang terbilang adikuasa, sebagai partai memiliki kekuatan mayoritas tunggal.
Tidak mudah bagi siapapun menjadi anggota dewan yang terhormat melalui Partai Golkar. Dia harus mengantongi restu dari tiga kekuatan, yang disebut tiga jalur, yakni ABG(ABRI, birokrat dan Golkar). Akan ada pembahasan dan penilaian sangat ketat ketika nama seseorang disodorkan ke dalam daftar calon anggota dewan di Partai Golkar. Satu dari tiga jalur ada yang menolak, maka nama tadi bakal terdepak, atau paling tidak berada di urutan nomor tidak jadi, yang populer disebut nomor sepatu.
Abi yang berasal dari jalur "G", yang acap disebut jalur "beringin" bisa melenggang mulus masuk dalam daftar jadi anggota DPRD Kota Balikppapan di antara urutan nomor sepuluh hingga lima belas, apalagi kala itu Golkar menargetkan bakal mendapat paling apes 17 kursi dari 30 kursi. Saya sendiri pada nomor urut 13. Dan dalam Pemilu 1997 itu Golkar mendapat 15 kursi DPRD Kota Balikpapan.
Andai tiga jalur di Golkar sudah menyatakan okey, masih ada yang harus ditembus pula, dan ini tidak mudah. Seorang calon anggota DPRD harus lulus pemeriksaan di Bakorstanasda (sebelumnya bernama Kokamtibda) di Kodim bagi anggota DPRD Kota/Kabupaten dan di Kodam untuk anggota DPRD Provinsi dan DPR RI yang berlangsung 5 hingga 6 jam. Selain menjawab ratusan pertanyaan tertulis, juga harus menjalani wawancara yang menyita waktu berjam-jam. Dan untuk pemeriksaan ini, juga harus dijalani calon anggota Dewan dari PPP dan PDI.
Tidak boleh ada yang punya kaitan dengan partai terlarang, utamanya PKI, baik secara garis lengkung (bukan langsung dari orangtua atau dari saudara orangtua), apalagi garis lurus (dari orangtua). Bila terkait, nah habislah sudah nasib calon anggota Dewan itu. Abi bisa menjalani rangkaian pemeriksaan lulus dengan predikat baik. Jadilah Abi sebagai satu dari 30 anggota Dewan masa bakti 1997-2002. Walau hanya dijalani dua tahun, yakni sampai tahun 1999 setelah reformasi bergejolak di negeri ini.
Nama Abi memang sangat popular di masyarakat. "Pak, mana orang Tionghoa yang sering ke sini. Aku senang liat dia makan kepiting, cumi-cumi dan udang," ujar seorang warga Selili Manggar kepada penulis ketika sama-sama dengan Abi di KNPI maupun di Dewan saat berkunjung ke sana.
Nama Abi memang sangat melenggenda di kalangan warga Manggar. Selain sering memberi bantuan nener dan benur kepada kelompok tani tambak binaan KNPI; kala mengusung Golkar, dia juga memberikan sejumlah bantuan, seperti beduk kepada masjid di sana. Atau juga di kalangan petani tambak di Kariangau. Begitu juga di Teritip.
Abi memang sangat sederhana dan bersahaja, kontras dengan penampilannya yang parlente. Dia bersedia duduk lesehan di rumah panggung milik orang Bugis di Manggar bersama dengan Gubernur HM Ardans SH, Wali Kota Balikpapan H Syarifuddin Yoes, Muspida, pengurus KNPI, dan berbaur asyik dengan warga Manggar ketika meninjau tambak binaan KNPI. Dan dengan tangannya dia menyantap udang, kepiting, cumi-cumi, bandeng, serta ikan lainnya dengan lauk seadanya.
YANG PERTAMA
Suryadi Abidin mungkin saja, adalah warga Tionghoa pertama yang menjadi anggota dewan di Indonesia. Tapi yang pasti dia adalah warga Tionghoa yang pertama menjadi anggota DPRD Kota Balikpapan. Dia menjadi inspirator bagi organisasi politik untuk menempatkan warga Tionghoa para elit politik.
Kehadirannya di komisi D (membidangi pembangunan) klop dengan keahliannya sebagai pengusaha. Kendati dia seorang pengusaha yang politisi, Abi tidak pernah memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan bisnisnya, apalagi mencari proyek di Pemkot Balikpapan. Dia tetap menekuni bisnisnya di kalangan perminyakan dan lainnya.
Kehadiran Abi di partai berlambang beringin Kota Balikpapan memang diawali sepak terjangnya di KNPI, organisasi pengusaha dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lantas dia dilirik elit Golkar. Yang terus-menerus memanas-manasi Abi agar berkiprah ke Golkar, adalah sahabatnya Hasan BA, sekretaris KNPI. Rupanya masuk pula dalam pembicaraan politisi Golkar lantas disambut Mukmin Faisyal HP, tokoh Golkar, yang akhirnya menjadi sahabat kental Abi.
"Bi (begitu Abi disapa akrab sahabat-sahabatnya. Karena dia warga Tionghoa, maka mendapat huruf awal A, hingga menjadi Abi. Ya, seperti juga Aliong, Ahong, Acay atau Ambai dan lainnya) aku masukkan kamu ke Golkar ya, jadi kader Golkar," bujuk Hasan, yang aktivis Golkar. Dari sanalah Abi berangkat dan kemudian menjadi kader Golkar, bahkan melambungkan dirinya menjadi anggota Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPRD Kota Balikpapan.
Walau begitu , Abi bukanlah warga Tionghoa pertama yang berada di jajaran Partai Golkar, masih ada Gunawan Wibowo BE yang juga dialiri darah Tionghoa. Namun Abi tetaplah Abi yang loyal dan royal pada organisasi, seperti juga Gunawan Wibowo.
Begitu juga di kalangan dunia usaha. Abi bukanlah pengusaha pertama yang berada di jajaran Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Balikpapan, karena masih ada Gunawan Wibowo BE, namun dia tetap saja menjadi warga Tionghoa yang aktivis di Kadin dan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Balikpapan, terutama kala Zulbachry menjadi Ketua HIPMI dan belakangan Ketua Kadin. Lantas di dunia usaha dan organisasi olahraga bertebaran sejumlah wajah Tionghoa, semisal H Aspiah, Johnny Santoso, Roy Nirwan, Susan Surbakti, dan banyak lagi.
Tapi di kalangan generasi muda, Abi adalah orang Tionghoa pertama yang bergelut di DPD KNPI Kota Balikpapan. Dia menjadi inspirator warga Tionghoa lainnya berkiprah di ormas kepemudaan. Muncullah nama Johny NG, Akin Sudharta di Pemuda Pancasila. Disusul nama-nama lainnya.
Suryadi Abidin, sang inspirator itu belakangan bertolak ke negeri leluhurnya untuk menjalani pengobatan di Beijing. Saya amat terkenjut ketika mendapat SMS dari beberapa kawan mantan pengurus KNPI, bahwa Suryadi Abidin meninggal dunia di Beijing pada 2 September 2011, pukul 23.15. Di pikiran saya mengalir ungkapan, kader terbaik itu telah pergi meninggalkan kenangan manis. Selamat jalan sahabat. Tetaplah menjadi yang terbaik.
[Sofian Wang, Balikpapan]
"Iya Bu, memangnya kenapa?" ujar penulis.
"Boleh ya, orang Tionghoa jadi anggota DPRD? Kan jarang sekali ada orang Tionghoa jadi anggota DPRD," sahut warga Gunung Polisi itu lagi.
"Boleh, boleh saja," sahut saya meyakinkan, hingga membuat warga Gunung Polisi itu manggut-manggut, walau mungkin masih menyimpan perasaan kurang yakin.
Pertanyaan wanita berusia sekitar 40 tahun itu amat wajar, bahkan acap kali warga melihat Suryadi Abidin berpakaian safari sebagai pakaian sipil harian (PSH), atau pakaian sipil resmi (PSR), maupun pakaian sipil lengkap (PSL) dengan lencana Manuntung di dada kiri dan papan nama di dada kanan selalu saja melontarkan tanya yang sama. "Orang Tionghoa itu, anggota Dewan ya?"
Atau misalnya kala anjangsana ke luar daerah, semisal ke Bali, Sulawesi Selatan atau ke daerah lainnya; Ketua DPRD Balikpapan, Masri Suhadma; Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Mulyono S BBA atau mungkin juga Jamal Noor ketika memperkenalkan Abi selalu saja berkata: "Pak Suryadi Abidin ini, adalah warga keturunan Tionghoa satu-satunya yang menjadi anggota Dewan, bahkan mungkin satu-satunya di Indonesia."
Kala mengucap kata perkenalan, ada perasaan bangga dan haru di dada anggota DPRD Kota Balikpapan, sebab di era orde baru (Orba) berkuasa memang sangat langka ada warga Tionghoa yang bisa menjadi anggota DPRD. Jangankan menjadi politisi menjadi pegawai negeri sipil (PNS) saja amat sulit bagi warga Tionghoa.
Abi yang dari Golkar memang menyajikan kejutan, atau bahkan bisa dikatakan sosok "naga" dari negeri Tionghoa yang menjebol tembok dan kekuasaan orba yang terbilang adikuasa, sebagai partai memiliki kekuatan mayoritas tunggal.
Tidak mudah bagi siapapun menjadi anggota dewan yang terhormat melalui Partai Golkar. Dia harus mengantongi restu dari tiga kekuatan, yang disebut tiga jalur, yakni ABG(ABRI, birokrat dan Golkar). Akan ada pembahasan dan penilaian sangat ketat ketika nama seseorang disodorkan ke dalam daftar calon anggota dewan di Partai Golkar. Satu dari tiga jalur ada yang menolak, maka nama tadi bakal terdepak, atau paling tidak berada di urutan nomor tidak jadi, yang populer disebut nomor sepatu.
Abi yang berasal dari jalur "G", yang acap disebut jalur "beringin" bisa melenggang mulus masuk dalam daftar jadi anggota DPRD Kota Balikppapan di antara urutan nomor sepuluh hingga lima belas, apalagi kala itu Golkar menargetkan bakal mendapat paling apes 17 kursi dari 30 kursi. Saya sendiri pada nomor urut 13. Dan dalam Pemilu 1997 itu Golkar mendapat 15 kursi DPRD Kota Balikpapan.
Andai tiga jalur di Golkar sudah menyatakan okey, masih ada yang harus ditembus pula, dan ini tidak mudah. Seorang calon anggota DPRD harus lulus pemeriksaan di Bakorstanasda (sebelumnya bernama Kokamtibda) di Kodim bagi anggota DPRD Kota/Kabupaten dan di Kodam untuk anggota DPRD Provinsi dan DPR RI yang berlangsung 5 hingga 6 jam. Selain menjawab ratusan pertanyaan tertulis, juga harus menjalani wawancara yang menyita waktu berjam-jam. Dan untuk pemeriksaan ini, juga harus dijalani calon anggota Dewan dari PPP dan PDI.
Tidak boleh ada yang punya kaitan dengan partai terlarang, utamanya PKI, baik secara garis lengkung (bukan langsung dari orangtua atau dari saudara orangtua), apalagi garis lurus (dari orangtua). Bila terkait, nah habislah sudah nasib calon anggota Dewan itu. Abi bisa menjalani rangkaian pemeriksaan lulus dengan predikat baik. Jadilah Abi sebagai satu dari 30 anggota Dewan masa bakti 1997-2002. Walau hanya dijalani dua tahun, yakni sampai tahun 1999 setelah reformasi bergejolak di negeri ini.
Nama Abi memang sangat popular di masyarakat. "Pak, mana orang Tionghoa yang sering ke sini. Aku senang liat dia makan kepiting, cumi-cumi dan udang," ujar seorang warga Selili Manggar kepada penulis ketika sama-sama dengan Abi di KNPI maupun di Dewan saat berkunjung ke sana.
Nama Abi memang sangat melenggenda di kalangan warga Manggar. Selain sering memberi bantuan nener dan benur kepada kelompok tani tambak binaan KNPI; kala mengusung Golkar, dia juga memberikan sejumlah bantuan, seperti beduk kepada masjid di sana. Atau juga di kalangan petani tambak di Kariangau. Begitu juga di Teritip.
Abi memang sangat sederhana dan bersahaja, kontras dengan penampilannya yang parlente. Dia bersedia duduk lesehan di rumah panggung milik orang Bugis di Manggar bersama dengan Gubernur HM Ardans SH, Wali Kota Balikpapan H Syarifuddin Yoes, Muspida, pengurus KNPI, dan berbaur asyik dengan warga Manggar ketika meninjau tambak binaan KNPI. Dan dengan tangannya dia menyantap udang, kepiting, cumi-cumi, bandeng, serta ikan lainnya dengan lauk seadanya.
YANG PERTAMA
Suryadi Abidin mungkin saja, adalah warga Tionghoa pertama yang menjadi anggota dewan di Indonesia. Tapi yang pasti dia adalah warga Tionghoa yang pertama menjadi anggota DPRD Kota Balikpapan. Dia menjadi inspirator bagi organisasi politik untuk menempatkan warga Tionghoa para elit politik.
Kehadirannya di komisi D (membidangi pembangunan) klop dengan keahliannya sebagai pengusaha. Kendati dia seorang pengusaha yang politisi, Abi tidak pernah memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan bisnisnya, apalagi mencari proyek di Pemkot Balikpapan. Dia tetap menekuni bisnisnya di kalangan perminyakan dan lainnya.
Kehadiran Abi di partai berlambang beringin Kota Balikpapan memang diawali sepak terjangnya di KNPI, organisasi pengusaha dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lantas dia dilirik elit Golkar. Yang terus-menerus memanas-manasi Abi agar berkiprah ke Golkar, adalah sahabatnya Hasan BA, sekretaris KNPI. Rupanya masuk pula dalam pembicaraan politisi Golkar lantas disambut Mukmin Faisyal HP, tokoh Golkar, yang akhirnya menjadi sahabat kental Abi.
"Bi (begitu Abi disapa akrab sahabat-sahabatnya. Karena dia warga Tionghoa, maka mendapat huruf awal A, hingga menjadi Abi. Ya, seperti juga Aliong, Ahong, Acay atau Ambai dan lainnya) aku masukkan kamu ke Golkar ya, jadi kader Golkar," bujuk Hasan, yang aktivis Golkar. Dari sanalah Abi berangkat dan kemudian menjadi kader Golkar, bahkan melambungkan dirinya menjadi anggota Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPRD Kota Balikpapan.
Walau begitu , Abi bukanlah warga Tionghoa pertama yang berada di jajaran Partai Golkar, masih ada Gunawan Wibowo BE yang juga dialiri darah Tionghoa. Namun Abi tetaplah Abi yang loyal dan royal pada organisasi, seperti juga Gunawan Wibowo.
Begitu juga di kalangan dunia usaha. Abi bukanlah pengusaha pertama yang berada di jajaran Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Balikpapan, karena masih ada Gunawan Wibowo BE, namun dia tetap saja menjadi warga Tionghoa yang aktivis di Kadin dan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) Kota Balikpapan, terutama kala Zulbachry menjadi Ketua HIPMI dan belakangan Ketua Kadin. Lantas di dunia usaha dan organisasi olahraga bertebaran sejumlah wajah Tionghoa, semisal H Aspiah, Johnny Santoso, Roy Nirwan, Susan Surbakti, dan banyak lagi.
Tapi di kalangan generasi muda, Abi adalah orang Tionghoa pertama yang bergelut di DPD KNPI Kota Balikpapan. Dia menjadi inspirator warga Tionghoa lainnya berkiprah di ormas kepemudaan. Muncullah nama Johny NG, Akin Sudharta di Pemuda Pancasila. Disusul nama-nama lainnya.
Suryadi Abidin, sang inspirator itu belakangan bertolak ke negeri leluhurnya untuk menjalani pengobatan di Beijing. Saya amat terkenjut ketika mendapat SMS dari beberapa kawan mantan pengurus KNPI, bahwa Suryadi Abidin meninggal dunia di Beijing pada 2 September 2011, pukul 23.15. Di pikiran saya mengalir ungkapan, kader terbaik itu telah pergi meninggalkan kenangan manis. Selamat jalan sahabat. Tetaplah menjadi yang terbaik.
[Sofian Wang, Balikpapan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar