Albert mengalami kecelakaan sehingga matanya menjadi buram, hampir buta karena benturan pada kepalanya. Albert yang dulu dikenal sebagai seorang manager tampan yang berhasil dalam hidupnya dan selalu dikelilingi kemewahan, sekarang merasakan kegelapan dalam hatinya. Matanya yang hampir buta, membuat Albert hilang semangat hidup dan merasa kesuksesan hidupnya akan berakhir dengan segera dalam kegelapan.
Dorongan dan semangat keluarga dan para sahabat, membuatnya belajar hidup lebih teratur, mengingat setiap tempat barang dan lokasi rumah dan jalan. Albert belajar banyak hal untuk tetap bertahan hidup dalam konunitas kelompok tuna netra di gereja katedralnya. Terinsipirasi oleh para penyanyi buta sukses _(Stevland Hardaway Morris / Stevland Hardaway Judkins / Stevie Wonder seorang musisi, penyanyi dan penulis lagu, Andrea Angel Bocelli seorang penyanyi tenor Italia)_ dan para tokoh yang buta sukses _(James Holman yang seorang traveler, penulis dan pengamat sosial dari Inggris, Tofiri Kibuuka yang seorang atlet lari, pendaki Gunung Kilimanjaro dari Uganda/ Norwegia, Helen Adams Keller yang seorang penulis, aktivis politik, dan dosen dari Amerika yang bergelar Bachelor of Arts, Marla Runyan seorang atlet lapangan, road runner, dan pelari maraton dari Amerika, Srikanth Bolla seorang CEO sebuah perusahaan yang bernilai US$ 7,5 juta dari India)_ namun berhasil mengalahkan kekurangannya, Albert mengembangkan kemampuan menyanyi dan pengenalan suara serta kemampuan lainnya.
Sekarang, Albert merasakan hidupnya belum berakhir, hanya perlu penyesuaian dalam menikmati kehidupannya yang baru. Kemajuan teknologi membantu Albert menjadi manusia baru dengan semangat luar biasa yang memberikan inspirasi bagi teman-temannya. Prinsipnya, *Mata boleh buta tetapi janganlah hati menjadi gelap.*
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar