Ada sebuah kisah yang sedang 'trend' tentang pohon cemara hidup yang biasanya digunakan untuk pohon natal. _(biasanya di Eropa & Amerika dan daerah dingin saat musim Desember)_.
Seorang Duda dengan ditemani remaja putrinya mencoba menjual pohon2 cemara di kompleksnya untuk mendapatkan dana untuk natal keluarga. Sang Duda/ bapak menawarkan pohon2 cemara kepada mereka yang lewat namun mereka menolak membeli karena situasi mereka yang sedang kecewa 'kepada Tuhan' pada tahun ini. Bahkan seorang wanita sempat mengeluarkan kata2 penolakan dengan ketus saat ditawarkan pohon cemara itu.
Sudah beberapa jam mereka menawarkan potongan pohon cemara hidup itu namun tidak satupun terjual. Sang bapak sudah kecewa karena dia tahu saat ini dia membutuhkan dana untuk makan di hari itu, memberi hadiah natal untuk putri tunggalnya yang disayanginya dan membayar sewa apartemen yang sudah lewat jatuh tempo _(Pemilik sudah memberi ultimatum/ peringatan akhir yang keras, bayar sewa apartemen tahun ini atau keluar dari apartemen murahnya)_
Sang Putri yang melihat kekecewaan bapaknya, berkata kepada bapaknya sambil menunjukkan foto kecil almarhum ibunya yang dijadikan kalungnya, "Mungkin ini kesempatan kita mengikuti saran ibu, natal adalah kesempatan berbagi. "
"Maksudmu ?" Tanya sang bapak.
"Bapak berkata bahwa jika pohon ini tidak laku, maka pohon2 cemara ini menjadi pohon yang tiada berarti. Maka marilah kita berikan pohon2 cemara ini kepada tetangga2 kita yang belum memilikinya."
"Bagaimana mungkin, anakku. Tahukah kamu, saat ini, bapak tidak punya uang untuk makan hari ini, memberi hadiah natal untukmu, putri yang kusayangi dan untuk membayar sewa apartemen yang sudah lewat jatuh tempo."
"Bapak, kata Ibu, Natal adalah kesempatan berbagi."
Sang bapak terdiam sejenak lalu mengangguk kepalanya. Maka merekapun keliling membagikan pohon2 cemara itu kepada tetangga yang kiranya belum memilikinya.
Alkisah ada 3 orang yang sangat bersyukur atas pemberian pohon cemara natal ini. Mereka adalah sepasang suami istri yang sedang kecewa dan depresi karena sang istri ternyata sakit kanker, lalu seorang ibu yang sedang dalam duka mendalam karena rindu akan anaknya yang baru meninggal kecelakaan beberapa hari sebelum natal, juga seorang wanita yang sedang galau karena perkawinannya diambang perceraian.
Pohon2 cemara natalpun sudah habis dibagikan dan sang bapak beserta putrinya kembali pulang ke apartemennya. Sang Bapak walau nampak senang namun tetap kuatir untuk masalahnya.
"Kenapa bapak tersenyum 'kecut' seperti terasa banyak pikiran ?" Tanya sang putri sambil tersenyum.
"Pohon cemara sudah tak ada lagi. Bagaimana kita makan hari ini, karena bapak tak ada uang lagi ?"
Tiba2 terdengar ketukan pintu, sang bapak membukakan pintu dan melihat sepasang suami istri yang baru diberinya pohon cemara natal.
"Kami hanya ingin memberikan makanan yang kami buat, semoga berkenan menerimanya," kata suami isteri itu.
Sang Bapak tampak berkaca2 matanya, "Tahukah anda berdua betapa kami sangat berterima kasih karena kami belum memiliki makanan untuk malam natal ini."
Sang Putri tampak senang dan katanya, "Bapak, kita memiliki makanan untuk hari ini."
"Ya. Namun saya minta maaf, karena tidak bisa memberikan kado untukmu, putriku."
Tiba2 terdengar ketukan pintu, sang bapak membukakan pintu dan melihat seorang ibu yang baru diberinya pohon cemara natal.
"Maukah putrimu menerima rajutan baju baru yang sebenarnya saya buat untuk putri saya, namun saat ini putriku sudah meninggal ?"
Sang Bapak tersenyum lebar dan dengan cepat berkata, "Tahukah anda, betapa saya sangat berterima kasih kepada kemurahan hatimu karena saya belum memiliki hadiah natal untuk putriku ini."
Sang Putri tampak senang karena ternyata rajutan baju itu sangat cocok dengan ukurannya dan warnanya juga favoritnya.
"Bapak, ternyata Tuhan baik, memberikan hadiah natalmu melalui ibu yang baik itu."
"Ya. Puji Tuhan. Namun saya belum memiliki dana untuk bayar sewa apartemen kita ini." Kata sang bapak dengan lemas walau wajahnya tampak agak tenang & pasrah.
Tiba2 terdengar ketukan pintu, sang bapak membukakan pintu dan melihat sang pemilik apartemen.
"Bapak, sesuai kesepakatan ini sudah waktunya, anda membayar sewa apartemen ini atau anda & keluarga harus meninggalkan apartemen ini, " kata pemilik apartemen dengan tegas.
Baru saja kalimat itu selesai diucapkannya, datanglah sang wanita, yang baru diberinya pohon cemara natal. "Oo, rupanya anda yang menyewa apartemen kami," terdengar suara wanita itu dengan terkejut.
"Suamiku, ini adalah bapak dan putrinya yang kuceritakan tadi, kebaikannya untuk berbagi kebahagiaan natal telah menguatkan kembali hubungan kasih keluarga kita." Kata sang wanita kepada suaminya, sang pemilik apartemen.
Sang suami tampak tersenyum melihat kebahagiaan sang wanita, sambil memegang tangan istri yang dikasihinya, dia berkata, "Bapak, saya anggap telah menerima pembayaran sewa apartemen bapak untuk tahun ini." Sambil tangannya menyobek surat tagihannya dan mengangguk kepalanya sambil tersenyum.
"Kami pamit dulu. Terima kasih."
"Terima kasih." Kata sang bapak sambil tersenyum dan mengangguk kepalanya dengan dalam.
"Bapak, kita harus bersyukur bahwa semua masalah kita sudah selesai pada hari ini. Marilah kita makan sekarang, kata sang putri kepada ayahnya sambil tersenyum lebar.
"Ya. Puji Tuhan. Terima kasih ya putriku atas saranmu untuk mengingat pesan ibumu, natal adalah kesempatan berbagi."