Ada sebuah kisah sekelompok burung menabrak jendela sebuah rumah karena hujan badai es yang sedang melanda kawasan daerah itu. Burung-burung itu tampak lelah, kedinginan dan nampak tak berdaya, mereka mengepak-ngepakkan sayapnya menghangatkan tubuhnya dan berusaha terbang namun beberapa dari mereka menabrak jendela dan dinding rumah itu. Seorang bapak yang ada dirumah itu melihat para burung dan tergerak hatinya untuk menolong mereka. Sang bapak keluar dari rumahnya pergi ke lumbungnya, membuka pintu lumbungnya sebagian, menyalakan lampu-lampu dalam lumbung agar dapat memberi kehangatan dalam lumbung itu. Sang bapak mengambil makanan binatang dari lumbung itu, membawanya dan mulai mendekati kelompok burung itu. Sang bapak menebarkan makanan itu dan mengarahkan makanan itu kearah lumbung yang telah disiapkannya agar para burung itu dapat menghangatkan dirinya, beristirahat sebelum mereka terbang ke tujuan mereka lagi.
Tapi pikiran baiknya tidak dapat dipahami para burung itu. Sebagian para burung itu makan makanan itu yang dekat dengan diri mereka tapi para burung itu tidak mau mengikuti arah dan jalan makanan yang disiapkan sang bapak untuk kearah lumbung yang hangat itu. Berbagai cara sang bapak mengarahkan para burung itu untuk pergi ke lumbungnya itu tapi para burung itu selalu terbang ke arah lain, bahkan sebagian para burung terbang dengan lemah dan menabrak jendela dan dinding rumahnya.
Sudah cukup lama, sang bapak berusaha membantu para burung itu namun tampaknya tidak/ kurang berhasil usahanya. Sang bapak berpikir dalam dirinya, _seandainya aku bisa menjadi burung, aku bisa mengarahkan para burung yang lemah untuk sejenak masuk ke lumbungku yang hangat._
Saat itu dia mendengar sayup-sayup lonceng gereja berdentang, tanda isteri, anak-anaknya dan para teman-temannya sedang merayakan natal dalam gereja. Tiba-tiba dia merasa jantung hatinya berdetak lebih keras, hatinya terasa hangat, pikirannya mulai mengerti mengapa Allah berkenan menjadi manusia agar manusia yang dikasihiNya dapat Selamat dan bisa masuk kedalam rumah Allah yang penuh kemuliaan dan cinta kasih.
Tanpa terasa sang bapakpun berlutut dan menangis, dia merasakan pengertiannya yang mulai memahami kasihNya dan menyesalkan dirinya yang seperti burung yang tidak mau masuk kelumbung yang hangat untuk dapat memulihkan diri mereka. Tak lama kemudian sang bapak tersenyum dan dengan lembut mencoba sekali lagi mengarahkan para burung itu untuk mau pergi kelumbungnya. Sang bapak merasa terheran saat para burung itu mulai mau mengikutinya ke arah lumbungnya yang luas itu. Akhirnya para burungpun itu masuk dan mulai terbang dengan semangat di lumbungnya.
Sang bapakpun tersenyum, menutup sebagian lumbungnya agar suasana hangat tetap terasa disana. Sang bapak kembali ke rumahnya, mempersiapkan dirinya untuk pergi ke gereja, ke rumah Allah yang telah menanti kehadirannya.
Selamat tinggal tahun 2020 yang penuh kenangan.
Aku mau menyongsong hidup baru di tahun 2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar