RENUNGAN PAGI
🌿 *_PRIA BUTA_*🌾
Syahdan adalah seorang pria krn suatu sebab tiba2 buta. Dia membenci dirinya sendiri krn kebutaannya itu. Tdk hanya terhdp dirinya sendiri, tetapi dia jg membenci semua orang, kecuali seorang wanita, kekasihnya. Wanita itu selalu berada disampingnya, menemani dg setia & menghiburnya.
Sang pria berjanji akan menikahi kekasihnya itu bilamana suatu hari kelak dia sdh bisa melihat kembali.
Suatu ketika, tanpa dinyana ada seseorang yg dg sukarela mau mendonorkan sepasang mata kepadanya, hingga akhirnya dia bisa melihat sempurna dunia ini lagi, juga dpt melihat wanita kekasihnya.
Kekasihnya pun bertanya, _"Skrg kamu sdh bisa melihat kembali. Apakah kamu mau menikah denganku?"_
Pria itu terguncang hatinya saat melihat bhw kekasihnya ternyata buta. Dia menolak utk menikahinya.
Kekasihnya begitu kecewa hingga akhirnya dia pergi meninggalkannya dg hati yg hancur berkeping-keping,
Sebelum wanita itu pergi, dg susah payah dia menulis pd secarik kertas yg berisi pesan singkat kpd pria itu.
*_"Sayangku, tolong jaga baik2 kedua bola mataku ya..."_*
Seketika itu pula, pria itu menangis dg kerasnya, dia tidak menyangka ternyata org yg mendonorkan matanya adalah kekasihnya sendiri.
〰➰🌸➰〰
*_Saudaraku..._*
Kisah singkat di atas mengandung pesan moral bgmn pikiran manusia begitu cepat berubah ketika kehidupnya berubah menjadi lebih baik.
*_Menjadi lupa..._*
Hanya sedikit orang yg ingat bgmn keadaan hidup sebelumnya.
Dan lebih sedikit lagi yg ingat, terhdp siapa..... dia hrs berterima kasih krn tlh menolongnya ketika dia dlm kesusahan dan membutuhkan bantuan.
🔘 Hari ini, sblm engkau ingin mengucapkan kata2 jelek, Ingatlah pada orang2 yg tdk *"bisa berbicara".*
🔘 Sblm engkau mengeluh ttg rasa makananmu, Ingatlah pada orang2 yg tdk punya sesuatu pun utk *"dimakan".*
🔘 Sblm engkau mengeluh ttg suami atau isterimu, Ingatlah pada orang2 yg menangis sebab dia *"kehilangan"* pasangan hidupnya.
🔘 Sblm engkau mengeluh ttg hidupmu, Ingatlah pada orang2 yg begitu cepat sudah dipanggil kembali oleh Allah swt".*
🔘 Sblm engkau mengeluh ttg anak2mu, Ingatlah pada orang2 yg begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, ttp belum *"mendapatkannya".*
*_Semoga bermanfaat *
Selasa, 25 Desember 2018
1810205. PRIA BUTA.
Minggu, 16 Desember 2018
1812172. STORY: BONEKA ADIKKU DAN MAWAR PUTIH MAMAKU
Senin, 10 Desember 2018
1812105. Kisah Inspiratif. Jualan Gorengan.
Jualan Gorengan
ALKISAH ada seorang penjual gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tak terjual. Ia selalu memberikan sisa gorengan tersebut pada seorang bocah yang sering main di tempatnya mangkal.
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani usahanya itu. Namun tidak ada perubahan yang berarti; usahanya tetap begitu-begitu saja.
Suatu hari, datang seorang pria membawa mobil mewah, lalu berhenti di depan gerobak gorengannya.
Pria itu bertanya, "Ada gorengan buntut singkong, Pak?"
Si tukang gorengan lantas menjawab, "Nggak ada, Mas."
"Saya kangen sama buntut singkongnya, Pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman saya mengejek saya karena tidak bisa beli jajanan. Tapi waktu itu, Bapak selalu memberi buntut singkong goreng kepada saya, setiap kali saya main di dekat gerobak bapak," ujar pria muda itu.
Tukang gorengan terperangah.
"Yang saya berikan dulu kan cuma buntut singkong.. Kenapa kamu masih ingat saya?"
"Bapak tidak sekadar memberi buntut singkong, tapi juga sudah memberikan kebahagiaan dan harapan buat saya. Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin membawa Bapak dan ibu bersama kekuargaku ke Tanah Suci. Semoga Bapak sekeluarga bahagia," lanjut pria itu.
Si tukang singkong goreng hampir tidak percaya. Hanya sebuah kebaikan berupa sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar.
Berbuat baiklah.
Cinta yang membagi senantiasa mendatangkan berkah yang berlimpah bagi yang tulus ikhlas memberi.
Minggu, 09 Desember 2018
1812103. Kencan Dengan Tuhan Senin, 10 Desember 2018.
Kencan Dengan Tuhan
Senin, 10 Desember 2018
Renungan:
Dave Talley menjadi gelandangan selama 11 tahun sejak ia mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil dalam keadaan mabuk yang membuat punggungnya cidera.
Suatu ketika ia membuat keputusan untuk menjadi pribadi yang berkarakter baik dan lepas dari kebiasaan mabuk-mabukan.
Pada suatu hari ia menemukan tas ransel berisi uang $3.300 atau sekitar 30 an juta rupiah. Meskipun ia membutuhkan uang untuk memperbaiki sepedanya yang rusak, namun ia memutuskan untuk mengembalikan uang itu kepada pemiliknya. Akhirnya dia berhasil menemukan pemilik uang tersebut. Ketika hendak diberi uang sebagai ucapan terima kasih, Dave menolaknya dengan alasan dia melakukannya dengan tulus. Dave telah lulus sebagai pribadi yang diubahkan.
Mark Twain berkata, "Kalau kucing pernah duduk di atas tungku panas, ia tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Ia juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin."
Jika kita pernah menuliskan sejarah yang hitam di masa lalu, putuskanlah mulai hari ini untuk menulis sebuah sejarah yang baru dan menginspirasi.
Paulus memiliki sejarah yang hitam dengan memburu dan menganiaya murid Tuhan. Namun setelah ia bertemu secara pribadi dengan Yesus di jalan menuju Damsyik, ia membuat keputusan untuk berubah menjadi pemberita Injil Kristus.
Tak peduli seberapa kelam hidup kita di masa lalu, putuskanlah saat ini untuk berubah supaya hidup kita bisa menjadi berkat bagi sesama.
Tuhan menunggu perubahan hidup kita dan siap untuk memberikan tugas yang baru dan penuh berkat.
Tuhan memberkatimu.
Oleh:
Yehezkiel Tan.
1812102. MENGUKUS MAKANAN HARUS DILAKUKAN KETIKA AIR SUDAH MENDIDIH.
*MENGUKUS MAKANAN HARUS DILAKUKAN KETIKA AIR SUDAH MENDIDIH*
*Informasi Dari Rumah Sakit Xuanwu Beijing, Profesor Qi,*
*Jika Anda Hendak Mengukus Makanan, pastikan Untuk MeMasukkan Makanan Beberapa Saat Setelah Airnya MenDidih.*
*Didihkan Air Tanpa Menutup Panci Terlebih Dahulu. Setelah Air Mendidih, Baru Letakkan Makanan Yang Akan Dikukus ke Dalam Panci, Baru Kemudian Tutuplah Panci Anda...*
*Tidak Heran Banyak Orang Yang MenDerita Kanker. Mengapa ? _Salah 1 Faktornya Adalah Ketika Mereka MeNgukus Makanan MengGunakan Panci, Mereka Tidak MeNunggu Airnya MenDidih Dulu_ Jika Anda Menggunakan Air dari Kran, Perlu diketahui Air Kran Mengandung Klorin. _Air Mengandung Klorin Tersebut Saat Dipanaskan, Apabila Pancinya Tertutup Maka Klorin Akan Tetap Berada di Dalam Panci dan Menyelimuti Makanan Yang Dikukus_*.
*Jadi Pastikan untuk Menggunakan Air Matang Untuk Mengukus ATAU _Anda dapat Menghilangkan Klorin Dengan Mendidihkan Air Terlebih Dahulu Beberapa Saat._*
*_Klorin Mengandung Tri Hallow Metan (THM) MeNyebabkan Kanker_*
*Hal ini benar² Penting ! Bahkan Jika Hanya Mengukus Roti pun Juga Sama. _Didihkan Airnya dengan Membuka Tutup Panci Supaya Klorinnya Menguap dan Hilang._*
*Sederhana bukan ? Hal yang Sederhana tapi jika diAbaikan bisa berakibat Fatal.*
*Jangan Egois, _BANTU_ Sebarkan Pada Para Saudara dan Sahabat Sehingga Banyak Orang yang MeNgetahuinya.*
*_Jauh Lebih Baik MenCegah Dari Pada MeNgobati_*
*Semoga Bermanfa'at.*
Sabtu, 08 Desember 2018
1812082. RENUNGAN AKHIR PEKAN Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti Oleh Prof. Rhenald Kasali
RENUNGAN AKHIR PEKAN
Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti
Oleh Prof. Rhenald Kasali
Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru *belajar*.
Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang *mengaku pandai*. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.
Mooryati Soedibyo
Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah *75* tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?
Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: *_self discipline_*. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.
Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui, kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa _strategic management_ dan _science_ yang banyak aturannya.
Teman-teman belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."
Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC _(honoris causa)_ yang jalurnya cukup ringan.
Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D'aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.
Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.
Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga _go public_. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.
*Dian Sastro*
Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?
Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: _*"no bargain on process and quality"*_
Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: _*self discipline*_. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.
Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.
"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak _outstanding_," ujarnya.
Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.
Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. "Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.
Itulah *mental kejuangan*, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai *kemampuan nonkognisi*. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.
*Metakognisi Susi Pudjiastuti*
Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung, banyak juga yang membelanya.
Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?
Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.
Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).
Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.
Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.
Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan *bergerak, berinisiatif, _self discipline_, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu"*, adalah *fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang produktif.*
Manusia itu belajar untuk membuat *diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian*.
Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.
Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, *ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.*
Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.
#